Kegaduhan selalu saja berarti kesimpangsiuran, ketakpastian
dan segala ketakjelasan; sebuah kebisingan yang menyengat telinga dan otak.
Sumber kegaduhan bisa saja bunyi bunyi yang menumpuk, teriakan yang saling
menggulung atau informasi yang tercurah bagai banjir bandang; dalam detik
pertama kita tak sempat menyelamatkan sebuah ijazah.
Paling tidak yang tertinggal adalah disinformasi, bunyi
bunyi yang hambar ,nirmakna, dan kebingungan yang justru makin menindih akal.
Kita menerka kemana ujung benang ini akan terurai; tetapi dalam kegaduhan;
ujung benang seperti jalan jalan tak terputus. Lorong lorong gelap yang tak
pernah dijamah sinar mentari. Atau paling tidak kita seperti melihat lukisan
abstrak; lalu dengan ceroboh kita mengatakan bahwa itu bermakna A dengan
kejumawaan yang berlebihan.
Mari menengok akal sehat. Di manakah akal sehat di tengah
kegaduhan? Di manakah akal sehat ditengah bisingnya kegaduhan? Barangkali
kegaduhan telah menindih akal sehat dalam kerangkeng yang bernama kabut
temaram. Ketidakjelasan yang mengundang ketidakpastian penilaian akal sehat. Ia
seperti bekerja namun tak bekerja. Ia seperti pembuat kue yang lupa memasukan
telur atau mengocoknya dalam hitungan di luar resep.
Akal sehat yang tertindih itu seperti manusia terjajah; seperti wanita yang terkerangkeng dalam cinta
sombong lelaki hidung belang. tahu kau bagaimana konyolnya kelakuan wanita itu?
Seperti keledai yang berulang ulang jatuh ke dalam lubang. Kenyataan pahit ini
benar terjadi, dengan tingkat akurasi yang membuat kita berdecak.
Mari kita menelisik kegaduhan. Dari mana muasal kegaduhan
ini? Muasal kegaduhan bersumber dari disharmoni. Retakan antara keinginan untuk
menyenangkan diri sendiri atau berbagi dengan yang lain. Retakan ini, lalu
melebar, menjalar, membentuk labirin retakan. Awal mula sekali kita
menganggapnya remeh, mungkin hujan belum turun, tebing masih kuat, sebuah
asumsi asumsi ceroboh yang mendatangkan malapetaka.
Ketika retakan itu menjadi labirin, dan kegaduhan memainkan
orkestrasinya, serta merta keadaan tak lagi tertolong. Retakan yang awalnya
kecil, kucing kecil yang manis, lalu berubah menjadi harimau lapar yang menelan
apapun; bahkan kadang bangkai busukpun lenyap.
Comments
Post a Comment