Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2016

Merenungi kegaduhan

Kegaduhan selalu saja berarti kesimpangsiuran, ketakpastian dan segala ketakjelasan; sebuah kebisingan yang menyengat telinga dan otak. Sumber kegaduhan bisa saja bunyi bunyi yang menumpuk, teriakan yang saling menggulung atau informasi yang tercurah bagai banjir bandang; dalam detik pertama kita tak sempat menyelamatkan sebuah ijazah. Paling tidak yang tertinggal adalah disinformasi, bunyi bunyi yang hambar ,nirmakna, dan kebingungan yang justru makin menindih akal. Kita menerka kemana ujung benang ini akan terurai; tetapi dalam kegaduhan; ujung benang seperti jalan jalan tak terputus. Lorong lorong gelap yang tak pernah dijamah sinar mentari. Atau paling tidak kita seperti melihat lukisan abstrak; lalu dengan ceroboh kita mengatakan bahwa itu bermakna A dengan kejumawaan yang berlebihan. Mari menengok akal sehat. Di manakah akal sehat di tengah kegaduhan? Di manakah akal sehat ditengah bisingnya kegaduhan? Barangkali kegaduhan telah menindih akal sehat dalam kerangkeng

Keadaan

Oloy S. Wandi Pikiran ini mengular panjang Terjun ke jalan jalan yang lama hilang Sebuah jalan buntu berilalang Pagar duri karatan Rumput rumput kering Pajangan tua yang terbengkalai. Tak ada keindahan yang terkatakan Lain waktu kita bicara cinta Apalagi sebaris puisi untuk romeo Kisah kisah menutup pintu bahagia Hujan menggusur pelangi cepat cepat Yang tersisa mungkin kesepian Tanah tanah kering yang rindu capung Rumput rumput layu yang rindu cangkul Kembang ilalang yang kangen petani Tak ada gelak yang dijahitkan  tuak tak lagi memabukan Kabar kabar dibukukan dengan cepat Di simpan di atas tingkap. Kali ini pikiran tak sedang senang Jalan jalan seperti kehilangan arah Tanjakan dan turunan saling memunggungi Tebing tebing berlomba melongsorkan batu Sekarang Anak anak rindu kampong Rindu sungai sungai Rindu jalan jalan yang tenang Rindu mengaji di surau Tetapi jalan telah hilang Pagar pagar tak lagi berpintu Grendel ta

Kemana lagi Tanah Bisa Ku Cium?

Oloy S. Wandi Aku berjalan melintas beton beton yang serupa cakar elang mati terlindas buldoser. Aku berenang melintas gedung gedung yang mengalir sepanjang aortaku, sepanjang kali kali ku sepanjang lembah dan sawahku. Aku berlari sepanjang hari, berharap ku temui camar yang terbang mencaplok ikan atau udang, atau bertemu biawak yang sedang asyik mengintai mangsa di tepi rawa. Tetapi yang ku temui hanya tai ngambang, sampah busuk dan limbah limbah beracun. Aku tertegun dalam lari ku, dalam renangku dalam jalanku. Aku bertanya:  apa yang terjadi pada hutan ulayatku Apa yang terjadi pada hutan adatku Apa yang terjadi dengan kecipak sepatku Apa yang terjadi dengan liuk sili ku Apa yang terjadi dengan siul sik madu ku Aku tertegun dalam hiruk pikuk modernitas Aku asing dalam deru buldoser yang mengiris ngiris bukit dan pantai . aku terpaku di atas limbah yang baunya mengelupas hidung dan otak. Aku terpaku di atas pusara Ikan, udang, l

Tips Belanja Cerdas: agar Sehat dan Hemat

B erbelanja. Wow kata ini identik dengan kesenangan kaum perempuan. Benarkah? Ternyata, tidak juga. Berbelanja, digemari pula oleh kaum pria. Artinya, sekarang “kesenangan” berbelanja bukan hanya milik eksklusif kaum perempuan. Kesenangan berbelanja ini bahkan kini berubah menjadi semacam piknik. Yup, tamasya, upaya kita untuk melepaskan stress dan kembali mendapatkan kesegaran jiwa. Haha agak berlebihan ya. Tetapi memang demikian kenyataannya. Banyak pasangan muda, kini lebih senang menghabiskan waktu libur mereka di mall . Ada banyak alasan yang mereka jadikan dasar. Tetapi yang paling sering adalah alasan murah dan mudah. Dibandingkan berlibur ke luar kota, berlibur ke mall memang lebih murah dan mudah. Tetapi tentu saja kata murah itu menjadi debatable .  Kembali pada masalah berbelanja, tahukah anda, berapa lama waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh kita untuk berbelanja?  Menurut penelitian perempuan menghabiskan waktu rata-rata 2,5 jam sehari untuk berbelanja, sedang