Skip to main content

Melihat ke Atap sebuah Masjid

Oleh: Oloy S. Wandi

Berjalan ke sebuah tempat dengan langkah gontai
Kaki melambai turun naik ditiup angin sore. Hati masih terus berkabut
Dingin, lebam, sahdu, remang  jadi satu, masing masing seperti janur pada ketupat
Yg sulam menyulam itu. Batu-batu, aspal yg mengelupas, gemrisik rumput
Sapa menyapa bagai sahabat lama, seperti baru ketemu.

Merasakan sesiur  angin dari muka menerpa wajah ku yg kusam
Meniup lelah yg sekian lama bersarang, ada sensasi di situ; kecipak sepat
di kali sunter yg kerap menggoda kailku. Aku tertegun sesaat, tertegun sebab
entah kapan  pernah ku rasakan sensasi ini, ia telah lama terkubur, jauh, jauh, dan jauh
Lalu tiba2 ia muncul sebagai hantu berlumpur.

Angin itu membawa sesuatu,  kabar luka atau kabar duka, berita berita
Yg kerap kita tolak dan jauhi, cerita cerita yg kita anggap mustahil: cerita
Dajjal yg terkerangkeng di sebuah pulau atau wajah wajah yg kerap muncul
Pada ubin seorang janda tua.

Atau kau lebih suka cerita konspirasi perihal alien
Perihal depopulasi, dan semua berita yg membuat kuduk
Dan hatimu tak lagi dapat tidur nyenyak?

Angin itu membawa sesuatu, bau wangi rumput atau kemangi
Yg mengingatkan ku pada bebek lamongan, tempe penyet dan sambal terasi .
Dan tentu saja parasmu, parasmu dengan titik lelah di bawah mata lentikmu,
Tiba tiba membayang bersama bau wangi ini.

Berjalan ke sebuah tempat, dengan langkah naik turun,
Dada berdebar, seperti tak sabar bertemu pacar. Aku sampai ke sebuah tempat
Menatap atapnya yg damai, membuat debar di dada berubah sunyi. Serupa gerimis
Di sebuah musim yg lama kemarau.

Comments

Popular posts from this blog

8 HAL YG HARUSNYA ADA KETIKA SUDAH BERUSIA 30 TAHUN...

Sudah menginjak usia kepala 3? Itu berarti sudah saatnya bagi kamu ‘say goodbye’ untuk pemborosan yang gak jelas. Gak ada lagi mengiyakan semua ajakan untuk party dan nongkrong. Bukan berarti kamu gak boleh menyenangkan diri sendiri. Semua orang emang butuh piknik sih. Tapi, sekarang sudah harus lebih selektif, mana yang harus ditolak dan mana yang di-iyakan . Emangnya mau hidup bebas terus tanpa arah? Waktu berjalan terus loh! Emang sih sebenarnya saat kamu usia kepala 2 pun harus sudah mulai tuh membangun kebiasaan-kebiasaan baik terutama dalam hal keuangan. Tapi yah, gak pernah ada kata terlambat. [Baca: Umur 20 Tahun atau Masih Kepala 2 Jangan Remehin 10 Nasihat Keuangan dari Masa Depan Ini] Apa saja sih 8 hal yang mestinya sudah kita miliki saat menginjak usia kepala 3? 1. Sudah Mandiri Finansial Saat usia 30-an, idealnya kamu sudah mapan dalam pekerjaan yang kamu geluti sekarang. Bukan cuma jadi pekerja kantor dengan level manajer loh ya, tapi ter

Kemana lagi Tanah Bisa Ku Cium?

Oloy S. Wandi Aku berjalan melintas beton beton yang serupa cakar elang mati terlindas buldoser. Aku berenang melintas gedung gedung yang mengalir sepanjang aortaku, sepanjang kali kali ku sepanjang lembah dan sawahku. Aku berlari sepanjang hari, berharap ku temui camar yang terbang mencaplok ikan atau udang, atau bertemu biawak yang sedang asyik mengintai mangsa di tepi rawa. Tetapi yang ku temui hanya tai ngambang, sampah busuk dan limbah limbah beracun. Aku tertegun dalam lari ku, dalam renangku dalam jalanku. Aku bertanya:  apa yang terjadi pada hutan ulayatku Apa yang terjadi pada hutan adatku Apa yang terjadi dengan kecipak sepatku Apa yang terjadi dengan liuk sili ku Apa yang terjadi dengan siul sik madu ku Aku tertegun dalam hiruk pikuk modernitas Aku asing dalam deru buldoser yang mengiris ngiris bukit dan pantai . aku terpaku di atas limbah yang baunya mengelupas hidung dan otak. Aku terpaku di atas pusara Ikan, udang, l

langkah kaki yg tersuruk

Seperti juga air yg kadang gagal menembus cadas, begitu pula kaki ini yg kerap tersuruk dan terantuk. entah sudah berapa puluh kali kaki ini berdarah, tertusuk duri, sekedar lecet, karena mata dan kaki tidak seirama. mata memandang, otak kosong, entah memikirkan apa. langkah kaki yang tersuruk dan terantuk, menyakitkan. tetapi tidak mengapokan. kita tetap melangkah walau resiko tersuruk dan terantuk terbuka. kita menguatkan dalam hati bahwa tak lagi-lagi tersuruk itu terjadi. walau kenyataannya tak pernah terkakulasi dengan tepat. langkah kaki dan langkah hidup itu sepertinya berdampingan, seirama. ritme langkah hidup itu mirip benar dengan dengan langkah kaki yg sering terantuk dan tersuruk itu. sama benar. berkali-kali dalam hidup kita terluka, tersakiti, jatuh, dan menderita. tetapi, itu tidak mengapokan. bahkan justru membesarkan dan menguatkan. jatoh dan menderitanya kita itu seperti imun yang datang begitu cacar air menghinggapi tubuh, setelahnya cacar air tak sudi lagi berku